Sunday, June 2, 2013

Surat Pada Bintang Utara.

di pakis 3 juni 2013

Apa kabar mu malam ini? Apakah kamu sehat? Boleh saya meminta waktu? Atau pinjam? Iya waktu hanya untuk saya. Perempuan bernama Widi

Bintang Utara .... Kenapa tiba-tiba saya merasa takut kehilangan kamu. Ketika saya mulai merasakan cemburu. Cemburu pada langit, pada bulan, pada angin, pada semuanya. Sungguh .... Dan saya memilih diam dan menulis saja.

Tiba-tiba saja saya ingat dengan pongahnya saya mendongak ke atas menatap wajah kamu dengan suara lantang berkata, "Bintang Utara .... Tidak akan pernah ada tuntutan dari perempuan seperti saya"

Dan untuk kesekian kalinya saya terbentur dengan kenyataan. Lalu ... Saya kembali diam dan memilih menulis saja. Menulis surat-surat yang tidak lagi saya kirim menjelang tengah malam seperti dulu kepadamu. Surat-surat yang berhenti di "notepad" ku, dan beruntung kalau saya punya kesempatan mengirimnya pada Neptnus.
Menyimpan sebuah rahasia rapat-rapat. Saya pikir tidak perlu lagi bercerita pada mu.

Menuntut? Tidak ... Saya menggeleng-gelengkan kepala seorang diri. Pergi saja ke Neptnus tinggal di istana Samudra nya. Tapi ..... Lalu bgaimana kamu jika saya nanti benar-benar pergi.
Apa kamu nanti akan menangis untuk saya? Dan saya tidak tahu lagi apakah saya bisa mengusap lagi air mata mu seperti saat itu.

Sejarah itu berulang .......

Saya memilih diam melanjutkan hidup saya. Menekan cemburu dan menyimpannya diam-diam. Menyimpan rindu tanpa berani lagi mengucapkan pada mu. Menyisihkan cinta dan memasukkannya dalam kotak hitam dan hanya kamu yang memegang kuncinya.

Saya kangen kamu!!!!! Ini sebuah siklus? Mungkin iyaa tapi .... Apa saya punya keberanian lebih untuk meminta? Akhirnya saya kembali memilih diam dan menulis saja.

Bintang Utara ..... Saya cinta kamu... Sungguh......

No comments:

Post a Comment